Beberapa proses di industeri membutuhkan
system instrumentasi elektronis sebagai masukan ke dalam sebuah proses
pengendalian. Besaran masukan pada system instrumentasi bukan besaran
listrik. Besaran masukan itu dapat besaran mekanik, kima, dan proses
fisis. Untuk menggunakan masukan itu maka diperlukan metoda untuk
mengubah besaran tersebut menjadi besaran listrik. Untuk mengubah
besaran tersebut diperlukan sebuah converter yaitu berupa transduser dan sensor.
Pengertian Sensor Dan Transduser
Tranduser dan sensor akan
mengkonversi dari suatu isyarat input berupa isyarat fisis dan isyarat
kimia yang akan diubah ke suatu isyarat ouput berupa tegangan, arus, dan
hambatan. Tranduser adalah suatu peralatan/ alat yang dapat mengubah suatu besaran ke besaran lain. Sebagai contoh, definisi transduser
yang luas ini mencangkup alat-alat yang mengubah gaya atau perpindahan
mekanis menjadi sinyal listrik. Tranduser dapat dikelompokkan
berdasarkan pemakaiannya, metode pengubahan energy, sifat dasar dari sinyal keluaran dan lain-lain.
Klasifikasi Sensor Dan Transduser
Tranduser dan sensor dibedakan sesuai dengan aktifitas yang didasarkan atas konversi sinyal dari besaran sinyal bukan listrik (non electric signal value) ke besaran sinyal listrik (electric signal value) yaitu : sensor aktif (active sensor) dan sensor pasif (passive sensor).
Sensor dan tranduser pasif merupakan suatu
sensor dan tranduser yang dapat mengubah langsung dari energi dari
energy bukan listrik (seperti : energi mekanis, energi thermis, energi
cahaya atau energi kimia) menjadi energi listrik. Sensor dan tranduser
ini biasanya dikemas dalam satu kemasan yang terdiri dari elemen sebagai
detektor, dan piranti pengubah dari energi dengan besaran bukan listrik
menjadi energi besaran listrik.
Sensor dan tranduser aktif
merupakan suatu sensor dan tranduser yang dapat mengubah langsung dari
energi dari energy bukan listrik (seperti : energi mekanis, energi
thermis, energi cahaya atau energi kimia) menjadi energi listrik bekerja
atas asas pengendalian tenaga. Sensor dan tranduser aktif memerlukan
bantuan tenaga dari luar.
Prinsip Kerja Sensor Dan Transduser
Prinsip kerja suatu sensor ditentukan
oelh bahan sensor utama yang dipakai yang berkaitan erat dengan macam
besaran yang diindera. Prinsip kerja sensor:
- Prinsip Fotovoltaik besaran yang diindera adalah cahaya. Cahaya yang diubah menjadi tegangan antara dua bahan berbeda susunannya.
- Prinsip Piezoelektris besaran yang diindera menyebabkan perubahan tegangan V dan muatan Q yang ditimbulkan oleh sejenis kristal.
- Prinsip Elektromagnetik besaran yang diindera mengubah fluks magnetis yang kemudian mengibas suatu tegangan.
- Prinsip Kapasitif perubahan besaran yang diindera menyebabkan perubahan kapasitas.
- Prinsip Induktif perubahan besaran yang diindera menyebabkan perubahan induktif.
- Prinsip Fotokonduktif besaran yang diindera mengubah hantaran (conductive) atau rambatan (resistace) bahan semi penghantar melalui perubahan cahaya yang mengenai bahan tersebut.
- Prinsip Reluktif besaran yang diindera diubah menjadi perubahan tegangan ac sebagi akibat perubahan lintasan reluxtan diantara dua atau lebih komponen ketika rangsangan ac diterapkan pada sistem kumparan tersebut.
- Prinsip Potensiometer besaran yang diindera diubah menjadi perubahan menjadi perubahan kedudukan kontak geser pada suatu elemen hambatan.
- Prinsip Resistif perubahan besaran yang diindera diubah menjadai perubahan hambatan suatu elemen.
- Prinsip Ukur Regangan besaran yang diindera diubah menjdai perubahan hambatan sebagai akibat adanya regangan, biasanya pada dua atau empat cabang suatu jembatan wheatstone.
- Prinsip Termoelektris besaran yang diindera adalah suhu dan tranduser bekerja atas dasar efek Seeback, efek Thomson atau efek Peltier.
Jenis Sensor Dan Transduser
Perkembangan sensor
dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin
komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982).
- Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.
Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme servo.
- External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.
Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
Sensor untuk keamanan,
yang dimaksud “sensor untuk keamanan” adalah termasuk keamanan objek
yang dipasang sensor, yaitu perlindungan terhadap objek yang dipasang
sensor dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta keamanan untuk
peralatan, komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana objek yang dipasang sensor tersebut digunakan.
Sensor untuk penuntun, yang dimaksud “sensor untuk penuntun” adalah sensor yang berfungsi untuk mengetahui posisi objek yang dipasang sensor sehingga objek tersebut dapat menentukan langkah selanjutnya setelah berada diposisi tersebut.
Sensor untuk penuntun, yang dimaksud “sensor untuk penuntun” adalah sensor yang berfungsi untuk mengetahui posisi objek yang dipasang sensor sehingga objek tersebut dapat menentukan langkah selanjutnya setelah berada diposisi tersebut.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai
pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke sistem
berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh
transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.
Klasifikasi Sensor
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
- sensor thermal (panas)
- sensor mekanis
- sensor optik (cahaya)
Sensor thermal adalah
sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang
tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis adalah
sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau
pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran,
level dsb. Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau
cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber
cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau
ruangan. Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb.
Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993)
- Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor,
dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari
transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai
sumber tegangan.
- External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)
Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) merupakan sensor
atau transduser yang digunakan untuk mengetahui, mengukur atau
mendeteksi nilai perubahan atau gerakan mekanis dari suatu objek. Pada
artikel “Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)” ini akan diuraikan tentang pengertian dari jenis-jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) yang dapat ditemui dalam dunia industri dan kegiatan sehari-hari.
Pergerakkan mekanis adalah
tindakan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
seperti perpindahan suatu benda dari suatu posisi ke posisi lain,
kecepatan mobil di jalan raya, dongrak mobil yang dapat mengangkat mobil
seberat 10 ton, debit air didalam pipa pesat, tinggi permukaan air
dalam tanki. Semua gerak mekanis tersebut pada intinya hanya terdiri
dari tiga macam, yaitu
gerak lurus, gerak melingkar dan gerak memuntir. Gerak mekanis
disebabkan oleh adanya gaya aksi yang dapat menimbulkan gaya reaksi.
Banyak cara dilakukan untuk mengetahui atau mengukur gerak mekanis
misalnya mengukur jarak atau posisi dengan 30 meter, mengukur kecepatan
dengan tachometer, mengukur debit air dengan rotameter dsb.
Tetapi jika ditemui gerakan mekanis yang
berada dalam suatu sistem yang kompleks maka diperlukan sebuah sensor
untuk mendeteksi atau mengimformasikan nilai yang akan diukur. Berikut
akan dijabarkan beberapa jenis sensor mekanis yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)
Sensor Posisi
Pengukuran posisi dapat dilakukan dengan
cara analog dan digital. Untuk pergeseran yang tidak terlalu jauh
pengukuran dapat dilakukan menggunakan cara-cara analog, sedangkan untuk
jarak pergeseran yang lebih panjang lebih baik digunakan cara digital.
Hasil sensor posisi atau perpindahan
dapat digunakan untuk mengukur perpindahan linier atau angular. Teknis
perlakuan sensor dapat dilakukan dengan cara terhubung langsung ( kontak
) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak ).
Sensor Kecepatan (Motion Sensor)
Pengukuran kecepatan dapat dilakukan
dengan cara analog dan cara digital. Secara umum pengukuran kecepatan
terbagi dua cara yaitu: cara angular dan cara translasi. Untuk mengukur
kecepatan translasi dapat diturunkan dari cara pengukuran angular. Yang
dimaksud dengan pengukuran angular adalah pengukuran kecepatan rotasi
(berputar), sedangkan pengukuran kecepatan translasi adalah kecepatan
gerak lurus beraturan dan kecepatan gerak lurus tidak beraturan.
Sensor Tekanan (Presure Sensor)
- terdiri dari bahan elastis dan sensor perpindahan (displacement)
- besaran ukur (i) strain atau (ii) displacement
- pengelompokan: tipe absolute gauge dan diferensial
- Sensor tekanan dengan diafragma reliable, sukar dibuat, reproducible
- besaran ukur strain dengan strain gauge atau displacement dengan kapasitansi
- pengukuran dengan kapasitansi dalam rangkaian jembatan sangat sensitif dan mahal
- Penempatan dan rangkaian sensor
- Rangkaian jembatan untuk kompensasi temperatur
- Resistor sensitif temperatur baik dalam jembatan maupun pada regulator tegangan
Sensor Aliran Fluida (Flow Sensor)
Pengukuran aliran mulai dikenal sejak
tahun 1732 ketika Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang mengalir.
Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan
aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut
berubah dari titik ke titik.
Sensor Level
Pengukuran level dapat dilakukan dengan
bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang
udara, resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan,
sensor permukaan dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung
pada situasi dan kondisi sistem yang akan di sensor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar