Teori Solid State Relay
Teori Solid State Relay | 9 out of 10 based on 100 ratings | 1 user
reviews
Reviewed by Tim Elektronika Dasar | Thursday, June 28th, 2012 | Rating:
4.9 | Artikel Elektronika, Komponen, Teori Elektronika
Solid state relay (SSR) adalah sebuah saklar elektronik yang tidak
memiliki bagian yang bergerak. Contohnya foto-coupled SSR,
transformer-coupled SSR, dan hybrida SSR. Solid state relay (SSR) ini
dibangun dengan isolator sebuah MOC untuk memisahkan bagian input dan
bagian saklar. Dengan Solid state relay kita dapat menghindari
terjadinya percikan api seperti yang terjadi pada relay konvensional
juga dapat menghindari terjadinya sambungan tidak sempurna karena
kontaktor keropos seperti pada relay konvensional.
Contoh Fisik Solid State Relay (SSR)
Teori Solid State Relay,Solid State Relay,SSR,Solid State Relay
(SSR),karakteristik Solid State Relay,jenis-jenis Solid State
Relay,pengertian Solid State Relay,Solid State Relay
adalah,karakteristik input Solid State Relay,karakteristik output Solid
State Relay,daya Solid State Relay,fungsi Solid State Relay,aplikasi
Solid State Relay,cara menggunakan Solid State Relay,Reed-Relay-Coupled
SSR's,Transformer-Coupled SSR's,Opto-coupler SSR's,resistansi Solid
State Relay,kapasitansi Solid State Relay,Induktansi Solid State
Relay,perbedaan Solid State Relay,kontrol Solid State Relay,sinyal
kontrol Solid State Relay,contoh Solid State Relay,bentuk Solid State
Relay,gambar Solid State Relay,ukuran Solid State Relay
Jenis-Jenis Solid State Relay (SSR)
Reed-Relay-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan (secara
langsung, atau melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh.
Penutupan buluh lalu mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar
memicu thyristor. Jelas, input-output isolasi dicapai adalah bahwa dari
buluh relay, yang biasanya sangat baik.
Transformer-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan (melalui
DC-AC converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke
domain utama trafo berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari
eksitasi primer yang digunakan (dengan atau tanpa rektifikasi,
amplifikasi, atau lainnya modifikasi) untuk memicu thyristor saklar.
Dalam jenis ini, tingkat isolasi input-output tergantung pada desain
transformator.
Opto-coupler SSR di mana sinyal kontrol diterapkan pada sebuah
sumber cahaya atau inframerah (biasanya, sebuah dioda pemancar cahaya
atau LED), dan dari sumber yang terdeteksi dalam foto – sensitive
semi-conductor (misalnya, sebuah dioda fotosensitif, sebuah
foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output dari
foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang
TRIAC atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang
signifikan “coupling path” antara input dan output adalah cahaya atau
sinar infra – radiasi merah, dan isolasi listrik yang sangat baik.
“optically coupled” or SSR yang juga disebut sebagai “optikal yang
digabungkan” atau Foto terisolasi.
Karakteristik Input Solid State Relay (SSR)
Dielektrik kekuatan, dinilai dalam hal minimum tegangan rusaknya
dari rangkaian kontrol baik kepada SSR kasus dan output (beban)
rangkaian. Tipikal rating adalah 1500 volt ac (RMS), baik untuk kontrol
output.
Insulation Resistance, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus
dan output rangkaian. Rentang pemberian peringkat Khas dari 10 megohms
menjadi 100.000 megohms untuk transformator dan desain hibrida. Untuk
optik terisolasi SSR, tipikal kisaran resistensi isolasi dari 1000
megohms sampai 1 juta megohms.
Stray Kapasitansi, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan
output rangkaian. Kapasitansi ke kasus jarang signifikan, tetapi
kapasitansi ke rangkaian output mungkin control pasangan ac dan transien
kembali ke kontrol sensitif sirkuit, dan bahkan lebih jauh lagi,
ke-sinyal kontrol sumber. Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu,
ini kapasitansi jarang cukup besar untuk menyebabkan interaksi.
Kapasitansi tipikal berkisar dari 1 sampai 10 picofarad. Kecepatan
respon dari SSR untuk penerapan kontrol tegangan akan dijelaskan nanti
pada bagian ini.
Solid State Relay (SSR) adalah
relay/saklar elektronik semikonduktor yang memiliki kelebihan dan kekurangan
dibandingkan dengan relay konvensional (elektro mekanik). Sistem isolasi pada
solid state relai pada umumnya terisolasi secara optik sedangkan relay
konvensional (elektro mekanik) terisolasi secara fisik, akondisi ini akan
memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri antara solid state relay dan
relay konvensioanl. Kelebihan dan kekurangan antara solid state relay dengan
relay konvensional (elektro mekanik) dapat dilihat dari sisi
pengoperasiannya dan performasinya. Beberapa kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki solid sate relay (SSR) diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan Solid State Relay (SSR)
- Pada solid-state relay tidak terdapat bagian yang bergerak seperti halnya pada relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
- Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan.
- Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.
- Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut.
- Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
- Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt.
- Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.
- Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.
Kekurangan Solid State Relay (SSR)
- Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike ini level tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain sebagainya.
- Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh tersebut kira-kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
- Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
- Susah untuk dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
- Harga solid state relay jauh lebih mahal darirelay konvensional (elektro mekanik) dengan kemampuan sama dengan relay konvensional.
Kelebihan Dan Kekurangan Solid State
Relay (SSR)
Solid State Relay (SSR) adalah
relay/saklar elektronik semikonduktor yang memiliki kelebihan dan kekurangan
dibandingkan dengan relay konvensional (elektro mekanik). Sistem isolasi pada
solid state relai pada umumnya terisolasi secara optik sedangkan relay
konvensional (elektro mekanik) terisolasi secara fisik, akondisi ini akan
memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri antara solid state relay dan
relay konvensioanl. Kelebihan dan kekurangan antara solid state relay dengan relay
konvensional (elektro mekanik) dapat dilihat dari sisi pengoperasiannya
dan performasinya. Beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki solid sate
relay (SSR) diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan Solid State Relay (SSR)
- Pada solid-state relay tidak terdapat bagian yang bergerak seperti halnya pada relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
- Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan.
- Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.
- Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut.
- Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
- Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt.
- Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.
- Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.
Kekurangan Solid State Relay (SSR)
- Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike ini level tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain sebagainya.
- Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh tersebut kira-kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
- Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
- Susah untuk dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
- Harga solid state relay jauh lebih mahal darirelay konvensional (elektro mekanik) dengan kemampuan sama dengan relay konvensional.
Teori Solid State Relay Teori Solid
State Relay | 9 out of 10 based on 100 ratings | 1 user reviews Reviewed by Tim
Elektronika Dasar | Thursday, June 28th, 2012 | Rating: 4.9 | Artikel
Elektronika, Komponen, Teori Elektronika Solid state relay (SSR) adalah sebuah
saklar elektronik yang tidak memiliki bagian yang bergerak. Contohnya
foto-coupled SSR, transformer-coupled SSR, dan hybrida SSR. Solid state relay
(SSR) ini dibangun dengan isolator sebuah MOC untuk memisahkan bagian input dan
bagian saklar. Dengan Solid state relay kita dapat menghindari terjadinya
percikan api seperti yang terjadi pada relay konvensional juga dapat
menghindari terjadinya sambungan tidak sempurna karena kontaktor keropos
seperti pada relay konvensional. Contoh Fisik Solid State Relay (SSR) Teori
Solid State Relay,Solid State Relay,SSR,Solid State Relay (SSR),karakteristik
Solid State Relay,jenis-jenis Solid State Relay,pengertian Solid State
Relay,Solid State Relay adalah,karakteristik input Solid State
Relay,karakteristik output Solid State Relay,daya Solid State Relay,fungsi
Solid State Relay,aplikasi Solid State Relay,cara menggunakan Solid State
Relay,Reed-Relay-Coupled SSR's,Transformer-Coupled SSR's,Opto-coupler
SSR's,resistansi Solid State Relay,kapasitansi Solid State Relay,Induktansi
Solid State Relay,perbedaan Solid State Relay,kontrol Solid State Relay,sinyal
kontrol Solid State Relay,contoh Solid State Relay,bentuk Solid State
Relay,gambar Solid State Relay,ukuran Solid State Relay Jenis-Jenis Solid State
Relay (SSR) Reed-Relay-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan (secara
langsung, atau melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh. Penutupan
buluh lalu mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar memicu thyristor.
Jelas, input-output isolasi dicapai adalah bahwa dari buluh relay, yang
biasanya sangat baik. Transformer-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan
(melalui DC-AC converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke
domain utama trafo berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari eksitasi
primer yang digunakan (dengan atau tanpa rektifikasi, amplifikasi, atau lainnya
modifikasi) untuk memicu thyristor saklar. Dalam jenis ini, tingkat isolasi
input-output tergantung pada desain transformator. Opto-coupler SSR di mana
sinyal kontrol diterapkan pada sebuah sumber cahaya atau inframerah (biasanya,
sebuah dioda pemancar cahaya atau LED), dan dari sumber yang terdeteksi dalam
foto – sensitive semi-conductor (misalnya, sebuah dioda fotosensitif, sebuah
foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output dari
foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang TRIAC
atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang signifikan “coupling
path” antara input dan output adalah cahaya atau sinar infra – radiasi merah,
dan isolasi listrik yang sangat baik. “optically coupled” or SSR yang juga
disebut sebagai “optikal yang digabungkan” atau Foto terisolasi. Karakteristik
Input Solid State Relay (SSR) Dielektrik kekuatan, dinilai dalam hal minimum
tegangan rusaknya dari rangkaian kontrol baik kepada SSR kasus dan output
(beban) rangkaian. Tipikal rating adalah 1500 volt ac (RMS), baik untuk kontrol
output. Insulation Resistance, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan
output rangkaian. Rentang pemberian peringkat Khas dari 10 megohms menjadi
100.000 megohms untuk transformator dan desain hibrida. Untuk optik terisolasi
SSR, tipikal kisaran resistensi isolasi dari 1000 megohms sampai 1 juta
megohms. Stray Kapasitansi, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output
rangkaian. Kapasitansi ke kasus jarang signifikan, tetapi kapasitansi ke
rangkaian output mungkin control pasangan ac dan transien kembali ke kontrol
sensitif sirkuit, dan bahkan lebih jauh lagi, ke-sinyal kontrol sumber.
Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu, ini kapasitansi jarang cukup besar
untuk menyebabkan interaksi. Kapasitansi tipikal berkisar dari 1 sampai 10
picofarad. Kecepatan respon dari SSR untuk penerapan kontrol tegangan akan
dijelaskan nanti pada bagian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar