Kamis, 28 November 2013

Sensor

Sensor cahaya adalah sensor yg membuat kita dapat melakukan pendeteksian cahaya, trus melakukan perubahan terhadapnya jadi sinyal listrik dan dipakai dalam sebuah rangkaian yg memakai cahaya sbg pemicunya. Beberapa komponen yang biasanya digunakan dalam rangkaian sensor cahaya diantaranya Light Dependent Resistor / LDR, Photodiode/ dioda foto, dan Photo Transistor / Foto Transistor. Untuk lebih jelasnya mengenai cara / prinsip kerja nya, mari kita simak penjelasannya berikut.

Sensor Cahaya LDR

sensor cahaya 
Photoresistor/ Foto Resistor pd dasarnya merupakan suatu resistor yg memiliki nilai resistensi (dlm ohm) bergantung kpd sedikit-banyaknya cahaya yg jatuh dipermukaan sensor tersebut. Cara kerja LDR adalah pada malam hari karena tidak terkena cahaya menyebabkan resistensinya menjadi bertambah besar, sebaliknya resistensinya menjadi kecil apabila kena cahaya pada siang hari. LDR pada umumnya berkombinasi dgn sejumlah transistor hingga membentuk rangakaian lampu yang otomatis. Sangatlah beruntung bagi kita karena untuk membaca nilai dari resistor cahaya tersebut, tidak diperlukan suatu kode khusus.


sensor cahaya LDR

Sensor Cahaya Photodioda

simbol photodiodaPhotodioda atau bisa juga disebut dioda foto adalah semacam komponen dioda yg berfungsi sebagai pendeteksi cahaya. Sama juga dengan dioda lainnya, komponen jenis ini juga punya P-N, bedanya cuma lebih dibuat untuk lebih sensitif kepada cahaya. Photodioda ini dipengaruhi jenis-jenis cahaya tertentu, misalnya saja adalah sinar x; cahaya matahari; infra merah; bahkan sampai ultra ungu. Fungsi foto dioda ini juga bermacam-macam, contohnya bisa kita gunakan untuk mengukur cahaya suatu digital kamera; sensor pada alat-alat medis; bisa juga untuk menghitung secara otomatis jumlah kendaraan yang lewat di jalan tol.
photodioda

Phototransistor

simbol phototransistorPhototransistor bila diartikan secara sederhana adalah komponen jenis transistor bipolar yg memakai junction / kotak base collector sebagai permukaan agar dapat menerima cahaya, dengan demikian maka komponen ini dapat berfungsi sebagai sensor cahaya. Komponen ini mempunyai kelebihan dalam hal sensitifitas jika dibanding dgn photodioda. Sebabnya karena pada Phototransistor, elektronnya adalah hasil dari foton cahaya dikaki kotak yg peng-injeksiannya kebagian base transistor dan selanjutnya diperkuat pada kolektronya yaitu kaki C. Namun hal ini juga menimbulkan kekurangan, yaitu tanggapan terhadap cahaya menjadi lebih lambat bila dibanding photodioda. Demikian, moga berguna ya sedikit ulasan mengenai sensor cahaya ini.
phototransistor
Baca SelengkapnyaSensor

Selasa, 30 Juli 2013

Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video


Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video
Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video - Berikut ini adalah beberapa koneksi video yang dipergunakan pada TV Plasma / LCD atau LCD Monitor. Salah satu fungsinya untuk menyambungkan video game, TV kabel, DVD, atau bahkan Computer anda, sedikitnya anda membutuhkan sebuah koneksi video ini. Belakangan ini, koneksi video ini pun datang dengan berbagai pilihan dan keunggulan. Manakah yang memberikan hasil paling prima? 


COMPOSITE VIDEO

Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video

Kabel Composite-video ini diciptakan ketika masa transisi televisi hitam-putih ke televisi berwarna tahun 1950-an. Kabel ini dapat dipakai baik pada televisi hitam-putih maupun televisi berwarna. Pada saat itu, ini adalah pilihan terbaik untuk meneruskan signal. Saat ini, dengan semakin kompleknya kualitas dan informasi yang terkandung pada tiap gambar, kabel ini tidak lagi cocok untuk dipakai. Hasilnya akan sangat tidak maksimal pada LCD TV yang memiliki informasi dan tingkat ketajaman gambar yang luar biasa. Kabel ini sebaiknya tidak ada dalam kotak perkakas anda.

S-VIDEO


Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video

Kabel S-Video ini dikembangkan pada akhir 1980-an untuk memecahkan beberapa masalah pada kabel composite video. Kabel ini memiliki kemampuan untuk memisahkan warna dan meneruskan signal yang lebih jernih ke televisi.

COMPONENT VIDEO

Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video

Kabel Component video meningkatkan kualitas gambar tidak hanya dengan memisahkan warna dari hitam-putih namun dengan memecah sinyal warna menjadi bagian-bagian. Ketika sinyal gambar dikirim dalam 3 bagian/kabel, anda akan memiliki hasil gambar yang tidak terkompresi dengan resolusi yang lebih tinggi. Inilah sebabnya mengapa kabel ini menjadi pilihan utama untuk LCD TV akhir-akhir ini. Sebelum ditemukan adanya kabel HDMI, kabel jenis ini memberikan hasil terbaik karena pada dasarnya anda menikmati kualitas gambar tanpa filter dari sumber ke televisi anda.

DVI
Digital Video Interlace .
Didesign untuk memaksimalkan kualitas Gambar seperti pada LCD monitor atau Digital Projector .

Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video

Variasi DVI antara lain ;

1. DVI-A single dan double Link
Yang sepenuhnya digital, Juga memiliki kompatibilitas tertinggi dibanding versi double link. DVI-A hanya membawa signal analog

2. DVI-I pada Computer (PC) tidak hanya membawa signal digital tapi juga signal Analog RGBVH melalui 4 pin tambahannya

3. DVI-D mirip dengan DVI-I tetapi tidak memiliki 4 Pin tambahan

IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers) 1394 / FIREWIRE



Pada awalnya, FireWire merupakan jagoan yang cukup diunggulkan, karena standar ini memiliki kecepatan lebih tinggi daripada USB versi awal yang hanya 12 Mbps. FireWire sendiri mampu mencapai 400 Mbps (FireWire 400) dan 800 Mbps (FireWire 800). Versi 2.0 USB mendongkrak laju transfer data teoretis menjadi 480 Mbps, tetapi ini tidak mengubah kelebihan mendasar FireWire yang lain. Dan pada praktiknya, peranti FireWire 400 sering lebih cepat dari USB 2.0, meskipun kecepatan teoretisnya lebih rendah.Asosiasi IEEE 1394 yang mengatur standar FireWire sudah mengumumkan versi standar baru yang dapat menghantarkan data sampai 3,2 Gbps. Antarmuka standar baru ini dirancang kompatibel dengan konektor FireWire 800 yang saat ini sudah beredar di pasaran.Standar baru ini diharapkan akan disetujui dalam waktu dekat, tepatnya Februari 2008. Ini bisa jadi sedikit lebih cepat daripada versi terbaru standar pesaingnya, USB 3.0, yang direncanakan diratifikasi pada paruh awal 2008.

HDMI

Kabel HDMI adalah koneksi multi-pin yang dipakai untuk menyalurkan sinyal high definition digital video. Konektivitas ini biasanya ditemui pada LCD TV, DVD dan gadget generasi terbaru. Kabel HDMI ini sanggup menangani lalu lintas sampai dengan 5 Gbps. Dengan kapasitas sebesar ini, begitu banyak informasi dapat disalurkan melalui sebuah kabel tanpa kompresi. Kabel HDMI hampir sama dengan kabel DVI pada computer dan video card. HDMI Merupakan Kombinasi signal video dan Audio ke dalam interface digital. Compatible dengan HDCP (High Bandwith Digital Content Protection atau High Definition Content Protocol) dengan tujuan mencegah pembajakan dari isi digital suatu program . Mampu Menyalurkan data yang tidak mengalami kompresi (uncompressed).

DISPLAY PORT 1.1



Keberadaan DisplayPort 1.1 ini baru saja disahkan oleh konsorsium standar elektronik, VESA, April tahun ini. Sebagai standar baru koneksi audio video. Keberadaannya sontak, membuat posisi HDMI yang lebih dahulu eksis , tersaingi.


Dibanding dengan HDMI, Display Port memiliki keunggulan lebih ekonomis dan kompatibel ke banyak perangkat. Bukan hanya itu, DisplayPort 1.1 juga tidak memberlakukan lisensi semahal HDMI. Lisensi untuk sinyal berdefinisi tinggi dibagi menjadi 2. Pertama, untuk grup DVI (DVI-HDCP, HDMI, UDI) dan grup DisplayPort. DisplayPort didukung oleh perusahaan AMD, Dell, Genesis Microchip, Hewlett-Packard, molex, Vidia, Philips, Samsung dan Tyco Eelectronics. Sedangkan HDMI masih diunggulkan oleh perusahaan Hitachi, Panasonic, Philips, Sony, Silicon Image, Thomson dan Toshiba. DisplayPort menghantar sinyal clock dan audio dalam transfer rate 1,62-2,7Gbps dengan tingkat sinyal video 8 atau 10 bit per kanal warna. Sinyal video resolusi tinggi ini bahkan dapat lebih tinggi dari sistem dual link DVI (2560 X 1600 pixel). Namun, sinyal video DisplayPort tidak kompatibel dengan format DVI dan HDMI.



Semoga artikel tentang Jenis-Jenis Kabel Koneksi Video ini bermanfaat.
Baca SelengkapnyaJenis-Jenis Kabel Koneksi Video

Mengenal Kode-kode Dioda Zener

Dioda Zener
Arti pada Kode-kode Dioda Zener - Dioda zener adalah  jenis dioda yang mempunyai karakteristik untuk bisa menyalurkan arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika yang mengalir ke arah yang berlawanan bila ada tegangan yang melampaui batas tegangan zener. Hal ini yang membedakan dioda zener dengan dioda biasa yang pada umumnya cuma untuk menyalurkan arus listrik ke satu arah dalam suatu rangkaian.

Dioda zener memiliki fungsi untuk menstabilkan tegangan searah (dc). Dioda ini umumnya di pasang secara seri dengan sebuah resistor untuk memperoleh suatu sumber tegangan ac dengan langkah pemasangan yang terbalik, maka keluaran dari dioda ini akan di batasi sesuai dengan nilai yang ada pada bentuk fisik dioda tersebut.

simbol Dioda Zener
Berikut Kode-kode Dioda Zener yang sering ada alat-alat lektronik :

  • IN4728 = 3,3V
  • IN4729 = 3,6V
  • IN4730 = 3,9V
  • IN4731 = 4,3V
  • IN4732 = 4,7V
  • IN4733 = 5,1V
  • IN4734 = 5,6V
  • IN4735 = 6,2V
  • IN4736 = 6,8V
  • IN4737 = 7,5V
  • IN4738 = 8,2V
  • IN4739 = 9,1V
  • IN4740 = 10V
  • IN4741 = 11V
  • IN4742 = 12V
  • IN4743 =13V
  • IN4744 =15V
  • IN4745 =16V
  • IN4746 =18V
  • IN4747 =20V
  • IN4748 = 22V
  • IN4749 =24V
  • IN4750 =27V
  • IN4751 =30V
  • IN4752 =33V
  • IN4753 =36V
  • IN4754 = 39V
  • IN4755 =43V
  • IN4756 =47V
  • IN4757 =51V
  • IN4758 =56V
  • IN4759 =62V
  • IN4760 =68V
  • IN4761 =75V
  • IN4762 =82V
  • IN4763 =91V
  • IN4764 =100V
semoga Keterangan Kode-kode Dioda Zener ini bermanfaat....!!!
Baca SelengkapnyaMengenal Kode-kode Dioda Zener

Minggu, 28 Juli 2013

Teori Sensor & Tranduser


Beberapa proses di industeri membutuhkan system instrumentasi elektronis sebagai masukan ke dalam sebuah proses pengendalian. Besaran masukan pada system instrumentasi bukan besaran listrik. Besaran masukan itu dapat besaran mekanik, kima, dan proses fisis. Untuk menggunakan masukan itu maka diperlukan metoda untuk mengubah besaran tersebut menjadi besaran listrik. Untuk mengubah besaran tersebut diperlukan sebuah converter yaitu berupa transduser dan sensor.

Pengertian Sensor Dan Transduser

Tranduser dan sensor akan mengkonversi dari suatu isyarat input berupa isyarat fisis dan isyarat kimia yang akan diubah ke suatu isyarat ouput berupa tegangan, arus, dan hambatan.  Tranduser adalah suatu peralatan/ alat yang dapat mengubah suatu besaran ke besaran lain. Sebagai contoh, definisi transduser yang luas ini mencangkup alat-alat yang mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik. Tranduser dapat dikelompokkan berdasarkan pemakaiannya, metode pengubahan energy, sifat dasar dari sinyal keluaran dan lain-lain.

Klasifikasi Sensor Dan Transduser

Teori Sensor Dan Transduser,teori sensor,teori transduser,pengertian sensor,pengertian transduser,arti sensor,arti transduser,definisi sensor,definisi transduser,artikel sensor,artikel trnasduser,Klasifikasi Sensor Dan Transduser,tipe sensor,tipe transuduser,prinsip kerja sensor,prinsip kerja transduser,karakteristik sensor,karakteristik transduser,output sensor,output transduser,sensor pasif,sensor aktif,pengertian sensor aktif,pengertian sensor pasif,harga sensor,harga transduser,jual sensor,beli transduser,definisi sensor aktif,definisi sensor pasif, sensor adalah,transduser adalah,
Tranduser dan sensor dibedakan sesuai dengan aktifitas yang didasarkan atas konversi sinyal dari besaran sinyal bukan listrik (non electric signal value) ke besaran sinyal listrik (electric signal value) yaitu : sensor aktif (active sensor) dan sensor pasif (passive sensor).
Sensor dan tranduser pasif merupakan suatu sensor dan tranduser yang dapat mengubah langsung dari energi dari energy bukan listrik (seperti : energi mekanis, energi thermis, energi cahaya atau energi kimia) menjadi energi listrik. Sensor dan tranduser ini biasanya dikemas dalam satu kemasan yang terdiri dari elemen sebagai detektor, dan piranti pengubah dari energi dengan besaran bukan listrik menjadi energi besaran listrik.
Sensor dan tranduser aktif merupakan suatu sensor dan tranduser yang dapat mengubah langsung dari energi dari energy bukan listrik (seperti : energi mekanis, energi thermis, energi cahaya atau energi kimia) menjadi energi listrik bekerja atas asas pengendalian tenaga. Sensor dan tranduser aktif memerlukan bantuan tenaga dari luar.

Prinsip Kerja Sensor Dan Transduser

Prinsip kerja suatu sensor ditentukan oelh bahan sensor utama yang dipakai yang berkaitan erat dengan macam besaran yang diindera. Prinsip kerja sensor:
  1. Prinsip Fotovoltaik besaran yang diindera adalah cahaya. Cahaya yang diubah menjadi tegangan antara dua bahan berbeda susunannya.
  2. Prinsip Piezoelektris besaran yang diindera menyebabkan perubahan tegangan V dan muatan Q yang ditimbulkan oleh sejenis kristal.
  3. Prinsip Elektromagnetik besaran yang diindera mengubah fluks magnetis yang kemudian mengibas suatu tegangan.
  4. Prinsip Kapasitif perubahan besaran yang diindera menyebabkan perubahan kapasitas.
  5. Prinsip Induktif perubahan besaran yang diindera menyebabkan perubahan induktif.
  6. Prinsip Fotokonduktif besaran yang diindera mengubah hantaran (conductive) atau rambatan (resistace) bahan semi penghantar melalui perubahan cahaya yang mengenai bahan tersebut.
  7. Prinsip Reluktif besaran yang diindera diubah menjadi perubahan tegangan ac sebagi akibat perubahan lintasan reluxtan diantara dua atau lebih komponen ketika rangsangan ac diterapkan pada sistem kumparan tersebut.
  8. Prinsip Potensiometer besaran yang diindera diubah menjadi perubahan menjadi perubahan kedudukan kontak geser pada suatu elemen hambatan.
  9. Prinsip Resistif perubahan besaran yang diindera diubah menjadai perubahan hambatan suatu elemen.
  10. Prinsip Ukur Regangan besaran yang diindera diubah menjdai perubahan hambatan sebagai akibat adanya regangan, biasanya pada dua atau empat cabang suatu jembatan wheatstone.
  11. Prinsip Termoelektris besaran yang diindera adalah suhu dan tranduser bekerja atas dasar efek Seeback, efek Thomson atau efek Peltier.

Jenis Sensor Dan Transduser

Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini  sensor yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982).
  • Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.
Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi  berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme servo.
  • External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.
Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
Sensor untuk keamanan, yang dimaksud “sensor untuk keamanan” adalah termasuk keamanan objek yang dipasang sensor, yaitu perlindungan terhadap objek yang dipasang sensor dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta keamanan untuk peralatan, komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana objek yang dipasang sensor tersebut digunakan.
Sensor untuk penuntun, yang dimaksud “sensor untuk penuntun” adalah sensor yang berfungsi untuk mengetahui posisi objek yang dipasang sensor sehingga objek tersebut dapat menentukan langkah selanjutnya setelah berada diposisi tersebut.
sensor dan transduser,jenis sensor,jenis transduser,klasifikasi sensor,klasifikasi transduser,sensor internal,sensor exsternal,sensor optic,sensor thermal,sensor mekanik,Self generating transduser,External power transduser,pengertian sensor,pengertian transduser,sensor untk keamanan,sensor untuk penuntun
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

Klasifikasi Sensor

Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb. Contoh;  strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh;  photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb.

Klasifikasi Transduser  (William D.C, 1993)

sensor dan transduser,jenis sensor,jenis transduser,klasifikasi sensor,klasifikasi transduser,sensor internal,sensor exsternal,sensor optic,sensor thermal,sensor mekanik,Self generating transduser,External power transduser,pengertian sensor,pengertian transduser,sensor untk keamanan,sensor untuk penuntun
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah  energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.


Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)

Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) merupakan sensor atau transduser yang digunakan untuk mengetahui, mengukur atau mendeteksi nilai perubahan atau gerakan mekanis dari suatu objek. Pada artikel “Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)” ini akan diuraikan tentang pengertian dari jenis-jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) yang dapat ditemui dalam dunia industri dan kegiatan sehari-hari.
Pergerakkan mekanis adalah tindakan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti perpindahan suatu benda dari suatu posisi ke posisi lain, kecepatan mobil di jalan raya, dongrak mobil yang dapat mengangkat mobil seberat 10 ton, debit air didalam pipa pesat, tinggi permukaan air dalam tanki. Semua gerak mekanis tersebut pada intinya hanya terdiri dari tiga macam, yaitu gerak lurus, gerak melingkar dan gerak memuntir. Gerak mekanis disebabkan oleh adanya gaya aksi yang dapat menimbulkan gaya reaksi. Banyak cara dilakukan untuk mengetahui atau mengukur gerak mekanis misalnya mengukur jarak atau posisi dengan 30 meter, mengukur kecepatan dengan tachometer, mengukur debit air dengan rotameter dsb.
Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor),Sensor Mekanik (Mechanics Sensor),Pergerakkan mekanis,jenis sensor mekanis,Sensor Mekanik,Sensor Posisi,Sensor Kecepatan (Motion Sensor),Sensor Tekanan (Presure Sensor),Transduser tekanan dan gaya (load cell),Sensor tekanan dengan diafragma reliable,Sensor Aliran Fluida (Flow Sensor),Sensor Level,teori sensor mekanik,definisi sensor mekanik,harga sensor mekanik,jual sensor mekanik,pengertian sensor mekanik,fungsi sensor mekanik,manfaat sensor mekanik,menggunakan sensor mekanik,cara pasang sensor mekanik,aplikasi sensor mekanik,penggunaan sensor mekanik,seting sensor mekanik,manfaat sensor mekanik,jenis sensor mekanik,bagian sensor mekanik
Tetapi jika ditemui gerakan mekanis yang berada dalam suatu sistem yang kompleks maka diperlukan sebuah sensor untuk mendeteksi atau mengimformasikan nilai yang akan diukur. Berikut akan dijabarkan beberapa jenis sensor mekanis yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)

Sensor Posisi

Pengukuran posisi dapat dilakukan dengan cara analog dan digital. Untuk pergeseran yang tidak terlalu jauh pengukuran dapat dilakukan menggunakan cara-cara analog, sedangkan untuk jarak pergeseran yang lebih panjang lebih baik digunakan cara digital.
Hasil sensor posisi atau perpindahan dapat digunakan untuk mengukur perpindahan linier atau angular. Teknis perlakuan sensor dapat dilakukan dengan cara terhubung langsung ( kontak ) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak ).

Sensor Kecepatan (Motion Sensor)

Pengukuran kecepatan dapat dilakukan dengan cara analog dan cara digital. Secara umum pengukuran kecepatan terbagi dua cara yaitu: cara angular dan cara translasi. Untuk mengukur kecepatan translasi dapat diturunkan dari cara pengukuran angular. Yang dimaksud dengan pengukuran angular adalah pengukuran kecepatan rotasi (berputar), sedangkan pengukuran kecepatan translasi adalah kecepatan gerak lurus beraturan dan kecepatan gerak lurus tidak beraturan.

Sensor Tekanan (Presure Sensor)

  1. terdiri dari bahan elastis dan sensor perpindahan (displacement)
  2. besaran ukur (i) strain atau (ii) displacement
  3. pengelompokan: tipe absolute gauge dan diferensial
  1. besaran ukur strain dengan strain gauge atau displacement dengan kapasitansi
  2. pengukuran dengan kapasitansi dalam rangkaian jembatan sangat sensitif dan mahal
  3. Penempatan dan rangkaian sensor
  • Rangkaian jembatan untuk kompensasi temperatur
  • Resistor sensitif temperatur baik dalam jembatan maupun pada regulator tegangan

Sensor Aliran Fluida (Flow Sensor)

Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik.

Sensor Level

Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang udara, resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan di sensor.
Baca SelengkapnyaTeori Sensor & Tranduser

Teori IC

IC dapat di definisikan sebagai kumpalan dari beberapa komponen hingga ribuan komponen elektronika berupa transistor, resistor dan komponen elektronika yang lain dan membentuk suatu rangkaian elektronika yang membentuk fungsi elektronika tertentu dan dikemas dalam sebuah kemasan yang kompak dan kecil dengan pin atau kaki sesuai dengan fungsinya. Kemasan demikian disebut Integrated Circuit (IC).

Sejarah IC (Integrated Circuit)

IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa. Para ilmuwan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak komponen-komponen ke dalam suatu chip tunggal yang disebut semikonduktor. Integrated Circuit (IC) merupakan komponen semikonduktor yang di dalamnya dapat memuat puluhan, ratusan atau ribuan atau bahkan lebih komponen dasar elektronik yang terdiri dari sejumlah komponen resistor, transistor, dioda dan komponen semikonduktor yang lain. Komponen-komponen yang ada di dalam IC membentuk suatu subsistem terintegrasi (rangkaian terpadu) yang bekerja untuk suatu keperluan tertentu, namun tidak tertutup kemungkinan dipergunakan untuk tujuan yang lain. Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus sehingga setiap IC akan memiliki rangkaian internal yang beragam.

Contoh Bentuk IC Yang Beredar di Pasaran

bentuk ic,ic,integrated circuit,chip ic,kemsan ic,definisi ic,teori ic,chips ic
Untuk mempermudah pemakaian IC tersebut maka dibentuklah suatu bentuk yang standard. Salah satu standard IC tersebut adalah DIP (Dua Inline Package), dimana kaki-kaki IC tersebut susunannya terdiri dari dua jalur yang simetris dari 8, 14, 16 kaki dan seterusnya. Untuk mengetahui urutan kaki-kaki tersebut adalah sebagai berikut : urutan kaki 1 s/d 8 atau s/d 14 atau s/d 16, apabila dilihat dari atas IC tersebut adalah berlawanan dengan arah putaran jam, dimana hitungan tersebut dimulai dari ujung yang ada coakan atau titik, untuk jelasnya dapat diperhatikan gambar dibawah ini.

Cara Membaca Urutan Kaki IC (Integrated Circuit)

Membaca Urutan Kaki IC,urutan kaki ic,mebaca kaki ic,cara baca pin ic
Dari gambar diatas terlihat jelas cara pembacaan urutan IC (Integrated Circuit). Cara pembacaan pin IC tersebut tidak hanya berlaku untuk IC tipe SIP (Single In Package) maupun DIP (Dual In Package) tetapi juga berlaku untuk IC dengan kaki pada 4 sisi. Kaidah pembacaan pin atau kaki IC ini sama semua untuk semua produsen IC seperti dijelaskan melalui gambar pembacaan susunan pin/kaki IC diatas.
Pengertian IC (Integrated Circuit) Pengertian IC (Integrated Circuit) | 9 out of 10 based on 100 ratings | 1 user reviews Reviewed by Tim Elektronika Dasar | Wednesday, June 12th, 2013 | Rating: 4.9 | Teori Elektronika IC dapat di definisikan sebagai kumpalan dari beberapa komponen hingga ribuan komponen elektronika berupa transistor, resistor dan komponen elektronika yang lain dan membentuk suatu rangkaian elektronika yang membentuk fungsi elektronika tertentu dan dikemas dalam sebuah kemasan yang kompak dan kecil dengan pin atau kaki sesuai dengan fungsinya. Kemasan demikian disebut Integrated Circuit (IC). Sejarah IC (Integrated Circuit) IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa. Para ilmuwan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak komponen-komponen ke dalam suatu chip tunggal yang disebut semikonduktor. Integrated Circuit (IC) merupakan komponen semikonduktor yang di dalamnya dapat memuat puluhan, ratusan atau ribuan atau bahkan lebih komponen dasar elektronik yang terdiri dari sejumlah komponen resistor, transistor, dioda dan komponen semikonduktor yang lain. Komponen-komponen yang ada di dalam IC membentuk suatu subsistem terintegrasi (rangkaian terpadu) yang bekerja untuk suatu keperluan tertentu, namun tidak tertutup kemungkinan dipergunakan untuk tujuan yang lain. Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus sehingga setiap IC akan memiliki rangkaian internal yang beragam. Contoh Bentuk IC Yang Beredar di Pasaran bentuk ic,ic,integrated circuit,chip ic,kemsan ic,definisi ic,teori ic,chips ic Untuk mempermudah pemakaian IC tersebut maka dibentuklah suatu bentuk yang standard. Salah satu standard IC tersebut adalah DIP (Dua Inline Package), dimana kaki-kaki IC tersebut susunannya terdiri dari dua jalur yang simetris dari 8, 14, 16 kaki dan seterusnya. Untuk mengetahui urutan kaki-kaki tersebut adalah sebagai berikut : urutan kaki 1 s/d 8 atau s/d 14 atau s/d 16, apabila dilihat dari atas IC tersebut adalah berlawanan dengan arah putaran jam, dimana hitungan tersebut dimulai dari ujung yang ada coakan atau titik, untuk jelasnya dapat diperhatikan gambar dibawah ini. Cara Membaca Urutan Kaki IC (Integrated Circuit) Membaca Urutan Kaki IC,urutan kaki ic,mebaca kaki ic,cara baca pin ic Dari gambar diatas terlihat jelas cara pembacaan urutan IC (Integrated Circuit). Cara pembacaan pin IC tersebut tidak hanya berlaku untuk IC tipe SIP (Single In Package) maupun DIP (Dual In Package) tetapi juga berlaku untuk IC dengan kaki pada 4 sisi. Kaidah pembacaan pin atau kaki IC ini sama semua untuk semua produsen IC seperti dijelaskan melalui gambar pembacaan susunan pin/kaki IC diatas.

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/pengertian-ic-integrated-circuit/
Copyright © Elektronika Dasar
Pengertian IC (Integrated Circuit) Pengertian IC (Integrated Circuit) | 9 out of 10 based on 100 ratings | 1 user reviews Reviewed by Tim Elektronika Dasar | Wednesday, June 12th, 2013 | Rating: 4.9 | Teori Elektronika IC dapat di definisikan sebagai kumpalan dari beberapa komponen hingga ribuan komponen elektronika berupa transistor, resistor dan komponen elektronika yang lain dan membentuk suatu rangkaian elektronika yang membentuk fungsi elektronika tertentu dan dikemas dalam sebuah kemasan yang kompak dan kecil dengan pin atau kaki sesuai dengan fungsinya. Kemasan demikian disebut Integrated Circuit (IC). Sejarah IC (Integrated Circuit) IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa. Para ilmuwan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak komponen-komponen ke dalam suatu chip tunggal yang disebut semikonduktor. Integrated Circuit (IC) merupakan komponen semikonduktor yang di dalamnya dapat memuat puluhan, ratusan atau ribuan atau bahkan lebih komponen dasar elektronik yang terdiri dari sejumlah komponen resistor, transistor, dioda dan komponen semikonduktor yang lain. Komponen-komponen yang ada di dalam IC membentuk suatu subsistem terintegrasi (rangkaian terpadu) yang bekerja untuk suatu keperluan tertentu, namun tidak tertutup kemungkinan dipergunakan untuk tujuan yang lain. Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus sehingga setiap IC akan memiliki rangkaian internal yang beragam. Contoh Bentuk IC Yang Beredar di Pasaran bentuk ic,ic,integrated circuit,chip ic,kemsan ic,definisi ic,teori ic,chips ic Untuk mempermudah pemakaian IC tersebut maka dibentuklah suatu bentuk yang standard. Salah satu standard IC tersebut adalah DIP (Dua Inline Package), dimana kaki-kaki IC tersebut susunannya terdiri dari dua jalur yang simetris dari 8, 14, 16 kaki dan seterusnya. Untuk mengetahui urutan kaki-kaki tersebut adalah sebagai berikut : urutan kaki 1 s/d 8 atau s/d 14 atau s/d 16, apabila dilihat dari atas IC tersebut adalah berlawanan dengan arah putaran jam, dimana hitungan tersebut dimulai dari ujung yang ada coakan atau titik, untuk jelasnya dapat diperhatikan gambar dibawah ini. Cara Membaca Urutan Kaki IC (Integrated Circuit) Membaca Urutan Kaki IC,urutan kaki ic,mebaca kaki ic,cara baca pin ic Dari gambar diatas terlihat jelas cara pembacaan urutan IC (Integrated Circuit). Cara pembacaan pin IC tersebut tidak hanya berlaku untuk IC tipe SIP (Single In Package) maupun DIP (Dual In Package) tetapi juga berlaku untuk IC dengan kaki pada 4 sisi. Kaidah pembacaan pin atau kaki IC ini sama semua untuk semua produsen IC seperti dijelaskan melalui gambar pembacaan susunan pin/kaki IC diatas.

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/pengertian-ic-integrated-circuit/
Copyright © Elektronika Dasar
Baca SelengkapnyaTeori IC

Solid state relay

Teori Solid State Relay Teori Solid State Relay | 9 out of 10 based on 100 ratings | 1 user reviews Reviewed by Tim Elektronika Dasar | Thursday, June 28th, 2012 | Rating: 4.9 | Artikel Elektronika, Komponen, Teori Elektronika Solid state relay (SSR) adalah sebuah saklar elektronik yang tidak memiliki bagian yang bergerak. Contohnya foto-coupled SSR, transformer-coupled SSR, dan hybrida SSR. Solid state relay (SSR) ini dibangun dengan isolator sebuah MOC untuk memisahkan bagian input dan bagian saklar. Dengan Solid state relay kita dapat menghindari terjadinya percikan api seperti yang terjadi pada relay konvensional juga dapat menghindari terjadinya sambungan tidak sempurna karena kontaktor keropos seperti pada relay konvensional. Contoh Fisik Solid State Relay (SSR) Teori Solid State Relay,Solid State Relay,SSR,Solid State Relay (SSR),karakteristik Solid State Relay,jenis-jenis Solid State Relay,pengertian Solid State Relay,Solid State Relay adalah,karakteristik input Solid State Relay,karakteristik output Solid State Relay,daya Solid State Relay,fungsi Solid State Relay,aplikasi Solid State Relay,cara menggunakan Solid State Relay,Reed-Relay-Coupled SSR's,Transformer-Coupled SSR's,Opto-coupler SSR's,resistansi Solid State Relay,kapasitansi Solid State Relay,Induktansi Solid State Relay,perbedaan Solid State Relay,kontrol Solid State Relay,sinyal kontrol Solid State Relay,contoh Solid State Relay,bentuk Solid State Relay,gambar Solid State Relay,ukuran Solid State Relay Jenis-Jenis Solid State Relay (SSR) Reed-Relay-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan (secara langsung, atau melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh. Penutupan buluh lalu mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar memicu thyristor. Jelas, input-output isolasi dicapai adalah bahwa dari buluh relay, yang biasanya sangat baik. Transformer-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan (melalui DC-AC converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke domain utama trafo berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari eksitasi primer yang digunakan (dengan atau tanpa rektifikasi, amplifikasi, atau lainnya modifikasi) untuk memicu thyristor saklar. Dalam jenis ini, tingkat isolasi input-output tergantung pada desain transformator. Opto-coupler SSR di mana sinyal kontrol diterapkan pada sebuah sumber cahaya atau inframerah (biasanya, sebuah dioda pemancar cahaya atau LED), dan dari sumber yang terdeteksi dalam foto – sensitive semi-conductor (misalnya, sebuah dioda fotosensitif, sebuah foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output dari foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang TRIAC atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang signifikan “coupling path” antara input dan output adalah cahaya atau sinar infra – radiasi merah, dan isolasi listrik yang sangat baik. “optically coupled” or SSR yang juga disebut sebagai “optikal yang digabungkan” atau Foto terisolasi. Karakteristik Input Solid State Relay (SSR) Dielektrik kekuatan, dinilai dalam hal minimum tegangan rusaknya dari rangkaian kontrol baik kepada SSR kasus dan output (beban) rangkaian. Tipikal rating adalah 1500 volt ac (RMS), baik untuk kontrol output. Insulation Resistance, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Rentang pemberian peringkat Khas dari 10 megohms menjadi 100.000 megohms untuk transformator dan desain hibrida. Untuk optik terisolasi SSR, tipikal kisaran resistensi isolasi dari 1000 megohms sampai 1 juta megohms. Stray Kapasitansi, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Kapasitansi ke kasus jarang signifikan, tetapi kapasitansi ke rangkaian output mungkin control pasangan ac dan transien kembali ke kontrol sensitif sirkuit, dan bahkan lebih jauh lagi, ke-sinyal kontrol sumber. Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu, ini kapasitansi jarang cukup besar untuk menyebabkan interaksi. Kapasitansi tipikal berkisar dari 1 sampai 10 picofarad. Kecepatan respon dari SSR untuk penerapan kontrol tegangan akan dijelaskan nanti pada bagian ini.


Solid State Relay (SSR) adalah relay/saklar elektronik semikonduktor yang memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan relay konvensional (elektro mekanik). Sistem isolasi pada solid state relai pada umumnya terisolasi secara optik sedangkan relay konvensional (elektro mekanik) terisolasi secara fisik, akondisi ini akan memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri antara solid state relay dan relay konvensioanl. Kelebihan dan kekurangan antara solid state relay dengan relay konvensional (elektro mekanik) dapat dilihat dari sisi pengoperasiannya dan performasinya. Beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki solid sate relay (SSR) diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan Solid State Relay (SSR)
  1. Pada solid-state relay tidak terdapat bagian yang bergerak seperti halnya pada relay.  Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan bagian ini tidak ada pada solid-state relay.  Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
  2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan.  Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan.
  3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor.  Dengan kata lain opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.
  4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan.  Tidak seperti relay mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut.
  5. Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
  6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay.  Kondisi ON sebuah solid-state relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt.
  7. Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL.  Rangakain kontrolnya  menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.
  8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil sehingga arus bocor antara input output sangat kecil.  Kondisi diperlukan pada peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.
Kekurangan Solid State Relay (SSR)
  1. Resistansi Tegangan transien.  Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay benar-benar tidak bersih.  Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya.  Spike ini level tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay tersebut.  Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain sebagainya.
  2. Tegangan drop.  Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output.  Tegangan jatuh tersebut kira-kira sebesar 1 volt.  Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
  3. Arus bocor-‘Leakage current’.  Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang mengalir  melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang sebenarnya.  Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
  4. Susah untuk dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
  5. Harga solid state relay jauh lebih mahal darirelay konvensional (elektro mekanik) dengan kemampuan sama dengan relay konvensional.
Kelebihan Dan Kekurangan Solid State Relay (SSR)

Solid State Relay (SSR) adalah relay/saklar elektronik semikonduktor yang memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan relay konvensional (elektro mekanik). Sistem isolasi pada solid state relai pada umumnya terisolasi secara optik sedangkan relay konvensional (elektro mekanik) terisolasi secara fisik, akondisi ini akan memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri antara solid state relay dan relay konvensioanl. Kelebihan dan kekurangan antara solid state relay dengan relay konvensional (elektro mekanik) dapat dilihat dari sisi pengoperasiannya dan performasinya. Beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki solid sate relay (SSR) diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan Solid State Relay (SSR)


  1. Pada solid-state relay tidak terdapat bagian yang bergerak seperti halnya pada relay.  Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan bagian ini tidak ada pada solid-state relay.  Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
  2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan.  Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan.
  3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor.  Dengan kata lain opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.
  4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan.  Tidak seperti relay mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut.
  5. Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
  6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay.  Kondisi ON sebuah solid-state relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt.
  7. Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL.  Rangakain kontrolnya  menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.
  8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil sehingga arus bocor antara input output sangat kecil.  Kondisi diperlukan pada peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.
Kekurangan Solid State Relay (SSR)
  1. Resistansi Tegangan transien.  Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay benar-benar tidak bersih.  Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya.  Spike ini level tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay tersebut.  Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain sebagainya.
  2. Tegangan drop.  Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output.  Tegangan jatuh tersebut kira-kira sebesar 1 volt.  Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
  3. Arus bocor-‘Leakage current’.  Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang mengalir  melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang sebenarnya.  Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
  4. Susah untuk dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
  5. Harga solid state relay jauh lebih mahal darirelay konvensional (elektro mekanik) dengan kemampuan sama dengan relay konvensional.

Teori Solid State Relay Teori Solid State Relay | 9 out of 10 based on 100 ratings | 1 user reviews Reviewed by Tim Elektronika Dasar | Thursday, June 28th, 2012 | Rating: 4.9 | Artikel Elektronika, Komponen, Teori Elektronika Solid state relay (SSR) adalah sebuah saklar elektronik yang tidak memiliki bagian yang bergerak. Contohnya foto-coupled SSR, transformer-coupled SSR, dan hybrida SSR. Solid state relay (SSR) ini dibangun dengan isolator sebuah MOC untuk memisahkan bagian input dan bagian saklar. Dengan Solid state relay kita dapat menghindari terjadinya percikan api seperti yang terjadi pada relay konvensional juga dapat menghindari terjadinya sambungan tidak sempurna karena kontaktor keropos seperti pada relay konvensional. Contoh Fisik Solid State Relay (SSR) Teori Solid State Relay,Solid State Relay,SSR,Solid State Relay (SSR),karakteristik Solid State Relay,jenis-jenis Solid State Relay,pengertian Solid State Relay,Solid State Relay adalah,karakteristik input Solid State Relay,karakteristik output Solid State Relay,daya Solid State Relay,fungsi Solid State Relay,aplikasi Solid State Relay,cara menggunakan Solid State Relay,Reed-Relay-Coupled SSR's,Transformer-Coupled SSR's,Opto-coupler SSR's,resistansi Solid State Relay,kapasitansi Solid State Relay,Induktansi Solid State Relay,perbedaan Solid State Relay,kontrol Solid State Relay,sinyal kontrol Solid State Relay,contoh Solid State Relay,bentuk Solid State Relay,gambar Solid State Relay,ukuran Solid State Relay Jenis-Jenis Solid State Relay (SSR) Reed-Relay-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan (secara langsung, atau melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh. Penutupan buluh lalu mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar memicu thyristor. Jelas, input-output isolasi dicapai adalah bahwa dari buluh relay, yang biasanya sangat baik. Transformer-Coupled SSR di mana sinyal kontrol diterapkan (melalui DC-AC converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke domain utama trafo berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari eksitasi primer yang digunakan (dengan atau tanpa rektifikasi, amplifikasi, atau lainnya modifikasi) untuk memicu thyristor saklar. Dalam jenis ini, tingkat isolasi input-output tergantung pada desain transformator. Opto-coupler SSR di mana sinyal kontrol diterapkan pada sebuah sumber cahaya atau inframerah (biasanya, sebuah dioda pemancar cahaya atau LED), dan dari sumber yang terdeteksi dalam foto – sensitive semi-conductor (misalnya, sebuah dioda fotosensitif, sebuah foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output dari foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang TRIAC atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang signifikan “coupling path” antara input dan output adalah cahaya atau sinar infra – radiasi merah, dan isolasi listrik yang sangat baik. “optically coupled” or SSR yang juga disebut sebagai “optikal yang digabungkan” atau Foto terisolasi. Karakteristik Input Solid State Relay (SSR) Dielektrik kekuatan, dinilai dalam hal minimum tegangan rusaknya dari rangkaian kontrol baik kepada SSR kasus dan output (beban) rangkaian. Tipikal rating adalah 1500 volt ac (RMS), baik untuk kontrol output. Insulation Resistance, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Rentang pemberian peringkat Khas dari 10 megohms menjadi 100.000 megohms untuk transformator dan desain hibrida. Untuk optik terisolasi SSR, tipikal kisaran resistensi isolasi dari 1000 megohms sampai 1 juta megohms. Stray Kapasitansi, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Kapasitansi ke kasus jarang signifikan, tetapi kapasitansi ke rangkaian output mungkin control pasangan ac dan transien kembali ke kontrol sensitif sirkuit, dan bahkan lebih jauh lagi, ke-sinyal kontrol sumber. Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu, ini kapasitansi jarang cukup besar untuk menyebabkan interaksi. Kapasitansi tipikal berkisar dari 1 sampai 10 picofarad. Kecepatan respon dari SSR untuk penerapan kontrol tegangan akan dijelaskan nanti pada bagian ini.
Baca SelengkapnyaSolid state relay